Sumber : TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
-
Indonesia harus memperkuat jati diri dan karakter kebangsaannya
dengan menerapkan kembali pendidikan budi pekerti di sekolah dan
perguruan tinggi.
Fondasi budi pekerti ini sangat penting dan relevan di tengah perubahan sosial dan politik yang cukup cepat di Tanah Air.
Dengan dasar pendidikan budi pekerti yang kuat, maka masyarakat
memiliki modal yang cukup dalam berinteraksi sosial sehingga berbagai
perilaku negatif yang kini marak di masyarakat, bisa dieliminir.
“Pendidikan budi pekerti yang pada masa Orde Baru dihapus, mestinya
masuk lagi dalam sistem pendidikan kita. Sebab manusia seutuhnya
dibangun dari pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter. Jika
suatu ketika seseorang jadi pemimpin, pengusaha, dan juga birokrat,
sudah memiliki dasar yang kukuh soal nilai, moral, etika, dan budi
pekerti,” ujar Pembina Yayasan Pendidikan Bakrie, Iwan Djarot, Rabu
(13/6/2012).
Dia dan banyak kalangan, saat ini geliasah atas makin runtuhnya moral
dan karakter bangsa Indonesia. Pentingnya pendidikan budi pekerti dan
karakter ini dikemukakan karena saat ini pelajar, calon mahasiswa dan
orang tua tengah sibuk mencari sekolah dan kampus bagi putera puterinya
untuk melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
Menurut Iwan Djarot, lemahnya fondasi budi pekerti, nilai moral, dan
karakter serta budaya bangsa Indonesia mengakibatkan kita seperti
kehilangan arah untuk membawa bangsa ini lebih maju. Tidak seperti
bangsa Jepang, Korea, atau China yang memiliki semangat kebangsaan yang
tinggi dan keinginan mengalahkan kehebatan bangsa lain.
“Jangan-jangan kita tidak memiliki kepentingan nasional.Celakanya
lagi, tujuan nasional Indonesia pun, kita tidak punyai. Sungguh ironis,
sebagai bangsa besar yang memiliki peradaban dan kebudayaan tinggi,
seolah limbung menghadapi perubahan. Karena itu kembali pada karakter
bangsa dan menanamkan pendidikan budi pekerti,” papar Iwan.
Iwan Djarot yang juga Presiden Komisaris Bakrieland menceritakan
pengalamannya saat berada di China. Sejumlah elemen masyarakat yang
ditanya tentang masa depan China, jabawannya mencengangkan, mereka ingin
lebih maju dari Amerika Serikat di semua bidang. Dan jalan ke arah sana
kini mulai terlihat.
“Jadi, sangat penting menanamkan kebangsaan dan kehebatan Indonesia pada anak-anak sejak dini,” katanya.
Hanya Kemampuan Teori
Iwan Djarot yang alumnus Tehnik Sipil Trisakti, 1997 dan Technische
Hoge School, Delf, Belanda 1981, mencermati, sistem pendidikan kita saat
ini hanya mengejar kemampuan teori dan prestasi akademis semata, kurang
memperhatikan kemampuan keterampilan.
Jadi, ketika para mahasiswa sama-sama lulus, akan ada perbedaan,
mahasiswa terampil dan mahasiswa yang hanya menguasai teori saja. Hal
itu berpengaruh di kemudian hari saat bekerja.
“Menurut saya, saat ini dibutuhkan lebih banyak institute, untuk
menghasilkan lulusan yang terampil, bukan perbanyak universitas yang
banyak menghasilkan sarjana S1, tapi minim keterampilan, yang akhirnya
banyak mengganggur,” ujar Iwan sambil menambahkan jika perlu ada
pendidikan khusus misalnya setahun untuk pembantu rumah tangga dan juga
pendidikan untuk baby sitter.
Dalam konteks pendidikan budi pekerti dan karakter ini, Iwan Djarot
juga menyinggung memudarnya nilai-nilai keperwiraan atau sikap
gentlemen. Ini terlihat ketika pemilukada dan juga pemilu presiden,
pihak yang kalah tidak mau mengakui pihak yang menang dan ujungnya
timbul konflik diantara para pendukung kandidat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar