Pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan
karakter untuk semua tingkat pendidikan dari SD hingga Perguruan
Tinggi. Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di
Indonesia dapat dimaklumi,
sebab selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun
manusia Indonesia yang berkarakter. Banyak yang menyebut bahwa pendidikan
telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang pandai
dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan
perilakunya tidak terpuji.
Pembangunan
karakter perlu dilakukan oleh manusia. Senada dengan hal tersebut, Ellen G.
White dalam Sarumpaet (2001: 12) mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah
usaha paling penting yang pernah diberikan
kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem
pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah,
orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas
mereka. Menurut Mochtar Buchori (2007) (dalam www.tempointeraktif
.com/hg/kolom/…/kol,20110201-315,id.html) pendidikan
karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara
nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di sekolah perlu
segera dikaji dan dicari altenatif-alternatif solusinya serta perlu
dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan.
Banyak hasil
penelitian yang membuktikan bahwa karakter seseorang dapat mempengaruhi
kesuksesan seseorang. Di antaranya berdasarkan penelitian di Harvard
University Amerika Serikat (http://akhmadsudrajat.Wordpress
.com/…/pendidikan-karakter-di-smp/), ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan
hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen
oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil
dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard
skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik
sangat penting untuk ditingkatkan. Sementara itu Ratna
Megawangi (2007) dalam bukunya “Semua
Berakar Pada Karakter” mencontohkan bagaimana kesuksesan
Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an.
Menurutnya pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing
the good, loving the good, and acting the good (suatu proses
pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga berakhlak
mulia).
Character Educator
yang diterbitkan oleh Character Education Partnership (http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/) menguraikan bahwa hasil
studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St.
Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih
prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter.
Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter
menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat
keberhasilan akademik. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus,
yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action). Sejalan dengan hal di atas, menurut
Thomas Lickona tanpa ketiga aspek ini pendidikan karakter tidak akan efektif
dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.
Kecerdasan
emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan,
karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Sebuah buku
berjudul Emotional Intelligence and School Success
karangan Joseph Zins (2001) (dalam http://pondokibu.com/parenting
/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademianak/)
mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan
emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dalam buku itu
dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab
kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan
terletak pada kecerdasan otak tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri,
kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa
empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Berkaitan
dengan hal di atas, Daniel Goleman (yang dikutip dalam http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/) menerangkan
bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80
persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi dan hanya 20 persen ditentukan oleh
kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan
emosinya akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol
emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia prasekolah
dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para
remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar
dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran,
narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya. Selain itu Daniel Goleman
juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter
anak-anaknya. Entah karena kesibukan atau karena
lebih mementingkan aspek kognitif anak. Pendidikan karakter di sekolah sangat
diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Apabila seorang anak
mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan
berkarakter baik selanjutnya. Banyak orang
tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan
karakter. Berdasarkan hal tersebut terbukti bahwa pentingnya
pendidikan karakter, baik di rumah ataupun di pendidikan formal.
Sumber:
http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/27/konsep-urgensi-dan-implementasi-pendidikan-karakter-di-sekolah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar