Pendidikan Karakter perlu dikembangkan di sekolah. Sebagai
upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian
Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk
setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design
menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Adapun acuan konfigurasi
karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut
dikelompokan sebagaimana uraian berikut.
1. Olah Hati (Spiritual
and emotional development). Olah hati
bermuara pada pengelolaan spiritual dan emosional.
2. Olah Pikir (intellectual
development). Olah pikir
bermuara pada pengelolaan intelektual.
3. Olah Raga
dan Kinestetik (Physical and kinestetic development). Olah raga bermuara
pada pengelolaan fisik.
4. Olah Rasa
dan Karsa (Affective and Creativity development). Olah rasa bermuara
pada pengelolaan kreativitas
Pengembangan pendidikan karakter bisa menggunakan
kurikulum berkarakter atau “Kurikulum Holistik Berbasis Karakter” (Character-based
Integrated Curriculum). Kurikulum ini merupakan
kurikulum terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak. Sebuah kurikulum
yang terkait, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi,
keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang menarik dan kontekstual.
Bidang-bidang pengembangan yang ada di TK dan mata
pelajaran yang ada di SD yang dikembangkan dalam konsep pendidikan kecakapan
hidup yang terkait dengan pendidikan personal dan sosial, pengembangan
berpikir/kognitif, pengembangan karakter dan pengembangan persepsi motorik juga
dapat tersusun dengan baik apabila materi ajarnya dirancang melalui
pembelajaran yang terpadu dan menyeluruh (Holistik). Pembelajaran holistik
terjadi apabila kurikulum dapat menampilkan tema yang mendorong terjadinya
eksplorasi atau kejadian-kejadian secara autentik dan alamiah. Dengan munculnya
tema atau kejadian yang alami ini akan terjadi suatu proses pembelajaran yang
bermakna dan materi yang dirancang akan saling terkait dengan berbagai bidang
pengembangan yang ada dalam kurikulum.
Pembelajaran holistik berlandaskan pada pendekatan inquiry, dimana anak
dilibatkan dalam merencanakan, bereksplorasi dan berbagi gagasan. Anak-anak
didorong untuk berkolaborasi bersama teman-temannya dan belajar dengan “cara”
mereka sendiri. Anak-anak diberdayakan sebagai si pembelajar dan mampu mengejar
kebutuhan belajar mereka melalui tema-tema yang dirancang. Sebuah pembelajaran
yang holistik hanya dapat dilakukan dengan baik apabila pembelajaran yang akan
dilakukan alami, natural, nyata, dekat dengan
diri anak, dan guru-guru yang melaksanakannya memiliki pemahaman konsep
pembelajaran terpadu dengan baik. Selain itu juga dibutuhkan kreativitas dan
bahan-bahan atau sumber yang kaya serta pengalaman guru dalam berlatih membuat
model-model yang tematis juga sangat menentukan kebermaknaan pembelajaran.
Tujuan model pendidikan holistik berbasis karakter
adalah membentuk manusia secara utuh
(holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial,
kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu untuk
membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar sejati) bisa dilakukan
dengan beberapa langkah sebagaimana uraian berikut.
1) Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif
murid, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh
dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang
konkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya (student active
learning, contextual learning, inquiry-based learning, integrated learning).
2) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive
learning community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam
suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan
semangat.
3) Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis,
dan berkesinambungan dengan melibatkan
aspek knowing the good, loving the good, and acting the good.
4) Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing
anak, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan
manusia.
5) Seluruh pendekatan di atas menerapkan prinsip-prinsip.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar